Minggu, 07 Agustus 2016

KEPUASAN BATIN DUNIA HIBURAN & DUNIA ROHANI



Oleh : Mas Tiyo

Mungkin pernah terlintas di pikiran Kita,  paling enak bekerja di dunia hiburan.  Setiap hari seperti liburan terus, bisa  senang-senang, jalan-jalan, makan-makan, nyanyi-nyayi,  kongkow-kongkow, ngobrol sana-sini,  dan semua dibayari. Nah..! Yang terakhir ini  yang paling asyik. Tapi masalahnya siapa yang mau mbayari ?!

Namanya dunia hiburan, ya selalu  mengasyikkan dan menghibur. Karena memang itulah produk utamanya. Banyak orang rela melepas sejumlah biaya demi bisa menukar suasana hari-hari yang penuh beban dan menjenuhkan, dengan suasana nyaman dan menggembirakan. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh dunia hiburan untuk mendulang uang.

Namun bagi pekerja di dunia hiburan sendiri, hiburan adalah pekerjaan. Pekerjaan artinya tanggung jawab. Tanggung jawab artinya kewajiban yang harus dijalankan. Kalau sesuatu wajib dijalankan tiap hari, jadinya menjenuhkan. Kalau jenuh butuh hiburan.

Lha..! kalau gitu kemana para penghibur ini harus liburan mencari hiburan ?

Pertanyaan diatas mungkin terkesan konyol,  mbuled dan nganyelke (membingungkan dan menjengkelkan). Namun fakta menunjukkan banyak para pekerja di dunia hiburan mengalami stress, sampai depresi dan gangguan kejiwaan lainnya.  Sehingga banyak diantara mereka harus terjebak dalam cengkraman berbagai jenis obat terlarang dan Minuman keras serta berurusan dengan pihak berwajib.

Sebut saja para selebritis dunia,seperti Lindsay Lohan, Lady Gaga, Jhonny Deep, George Clooney dan sederetan artis lainnya yang akrab dengan Narkoba dan minuman keras. Hal itu dilakukan  demi menyangga kesuksesan karier mereka di dunia Hiburan. Bahkan konon Whitney Houston sampai akhir hayatnya tidak bisa lepas dari Narkoba.  (info dari berjambang.blogspot.com ).

Sebuah ironi kehidupan. Penghibur yang tidak terhibur, seperti ayam mati dalam Lumbung yang penuh Padi.

Seperti halnya makanan untuk konsumsi kebutuhan fisik kita, Hiburan adalah konsumsi batin manusia. Dalam upaya pemenuhannya perlu keterkaitan pihak lain untuk membentuk jaringan kehidupan dan berputar sebagai siklus penghidupan.

Meski lezat dan tersedia setiap saat, tidak mungkin tukang sate, setiap hari memberi makan sate untuk seluruh keluarganya. Bisa bludrek  satu keluarga, gara-gara kebanyakan makan daging kambing. Atau jualannya bisa merugi kalau kebanyakan dimakan sendiri.

Demikian pula para pekerja Hiburan. Beragam sajian yang ditampilkannya, dalam keadaan tertentu tidak bisa dinikmatinya sendiri.

Seperti pengakuan Ruth Sahanaya dalam salah satu kesempatan, ketika lagunya “Kaulah Segala Bagiku” meledak di pasaran, setiap pentas banyak penonton yang memintanya menyanyikan lagu tersebut. Bagi Ruth, mungkin pada awalnya mengasyikkan, karena lagunya digemari banyak orang. Ketika di Panggung, Dia menyanyi dengan penuh semangat dan bisa menikmatinya. Tapi lama-lama, kalau setiap pentas, lagu itu terus yang harus dinyanyikan, tentu ada jenuhnya juga. Padahal kalau sedang booming, dalam sehari seorang Artis bisa beberapa kali tampil di atas panggung. Bisa sampai eneg, dan  blokekan (mau muntah) rasanya menyanyikan lagu itu terus menerus. 

Hal demikian ini mungkin juga dialami oleh para artis lainnya yang sempat karyanya Booming  di pasaran. Walau mungkin dirinya sudah sampai puncak jenuh dan muak melakukannya, tapi konsekwensi sebagai artis, mengharuskan dirinya mengutamakan keinginan penonton daripada keinginannya sendiri.

Belum lagi masalah dalam mempertahankan puncak ketenarannya. Dihadapkan dengan para pendatang baru, kompetisi untuk merebut perhatian publik tidak mungkin terelakkan. Benturan berbagai kepentingan dalam industri hiburan inilah yang sering menjadikan seorang artis mengalami stres dan depresi berat di saat mencapai puncak kejayaannya.

Sehingga banyak yang mencari jalan pintas untuk mengatasi masalah dengan mengkonsumsi obat anti depresi, obat tidur, atau obat-obatan psikotropika, minuman keras, diskotik, free sex dan hal-hal negatif lainnya.

Tapi banyak juga Artis yang menggunakan cara lain yang lebih positif untuk mengatasi tekanan dalam kehidupan keartisannya. Diantaranya adalah terjun kedunia kerohanian. Seperti yang sudah dilakukan oleh Richard Gere yang berasyik masyuk dengan kebudhaannya. Madona dengan Kabbalahnya, Gito Rolies dengan Islamannya.

Secaran umum dipahami bahwa dunia kerohanian adalah ruang positif untuk mencari solusi masalah batin. Maka wajar bila para Artis –sebagai pekerja pemuas batin – namun merasa tidak menemukan kepuasan dari lingkungannya, mau memasuki dunia kerohanian untuk menemukan kepuasan batinnya.

Namun dalam beberapa keadaannya,  antara dunia hiburan dan dunia Rohani terdapat pandangan sbb. :  
1.  Dunia rohani sama dengan dunia hiburan, keduanya mampu memberi kepuasan batin, hanya saja dari sisi yang berbeda. 
2.  Ada juga yang mencoba mengalkulturasikan Dunia Rohani dan Dunia Hiburan. 
3.  Dunia Rohani mampu memberikan kepuasan batin lebih dalam daripada dunia hiburan.


Add. 1.
Untuk orang yang berpandangan Dunia Rohani sama dengan Dunia Hiburan, dia menempatkan Dunia Rohani sama halnya dunia Hiburan yang mampu mendatangkan beragam sensasi yang mampu menghibur seseorang.

Dunia Rohani bisa menghadirkan beragam sensasi yang mampu melenyapkan segala kepedihan, kekecewaan, ketakutan, dan segala kegundahan di hati seperti halnya dunia hiburan. Hal ini biasanya akan menjadikan dunia Rohani sebagai tempat pelarian, manakala dunia tempatnya bergulat dengan kehidupan, terasa mengecewakan, sedih dan menyakitkan baginya.

Seperti halnya tempat wisata, Dunia Rohani bisa menjadi tempat wisata batin dengan beragam sensasinya bagi orang-orang tertentu. Tapi namanya wisata, artinya keberadaan seorang wisatawan  disana, tentu  hanya sementara. Seorang Wisatawan tidak akan menetap atau mengembangkan diri ditempat tersebut.  

Dalam pandangan ini dunia Rohani hanya sekedar tempat melepas lelah, mencari suasana  baru, menghirup udara dari dunia rohani yang segar. Setelah dirasa cukup menemukan kenyamanan, ketentraman, dan kekuatan batin, kembali dirinya ke tempat asalnya. Dan dunia rohani ditinggalkan kembali seperti semula, hanya menyisakan kenangan sesaat di dalam batinnya. Kapan-kapan bila ada waktu dan kebutuhan mungkin akan dikunjunginya lagi.  Bila sempat !

Add. 2.
Pandangan tentang akulturasi Dunia Rohani dan Dunia Hiburan, bisa mengarah dalam dua keadaan. Dunia Rohani kehilangan makna sehingga tinggal menjadi kancah mencari sensasi hiburan semata. Atau Dunia Rohani semakin kuat eksistensi dan maknanya, karena disajikan secara menghibur sehingga disukai oleh banyak orang.

Dunia Rohani akan cenderung kehilangan makna, manakala tujuan utamanya sudah berubah tidak menuju Rohani. Hal Ini sebenarnya hampir mirip dengan pandangan no 1 diatas. Kalau diatas orang hanya berwisata ke dunia Rohani untuk mencari sensasi rohani. Sedang pada keadaan ini, orang bukak lapak hiburan di dunia Rohani. Artinya tujuan utama dari keadaan ini bukan Rohani tapi lebih  ke arah komersialisasi dunia hiburan, hanya saja menggunakan konten yang berwarna rohani.

Sedang arah menuju Rohani yang lebih kuat, manakala menempatakan  hiburan sebagai nilai tambah untuk memberi warna yang lebih menarikdari beragam sajian subtansi Rohaniah.

Seperti kita tahu dunia rohani, cenderung bersifat Substantif, esensial, maknawiah, filosofis yang kadang butuh pemikiran yang kuat, mendalam dan kompleks, terkesan serius dan sangat tidak mengasyikkan. Hal ini menyebabkan Dunia Rohani hanya digemari oleh segelintir kalangan tertentu saja. Bahkan cenderung diidentikkan hanya untuk orang-orang yang sudah lanjut usia, karena menjelang menghadapi liang kubur.

Maka dengan adanya sentuhan yang bersifat menghibur, bisa memberi warna dunia Rohani lebih beragam dan menarik, tapi tidak berlebihan. Sehingga bisa menarik bukan hanya orang-orang tua tapi juga mengena pada spektrum usia yang lebih luas dari anak-anak muda dan beragam kalangan.

Add. 3
Dunia Rohani mampu memberikan kepuasan batin lebih dalam daripada dunia hiburan. Disini orang berpandangan bahwa dunia Rohani memiliki dimensi yang lebih mendalam daripada dunia hiburan. Dimana, pada dunia hiburan, kepuasan batin seseorang lebih berakar dari sesuatu yang bersifat sensasi inderawi. Sedang indera manusia cenderung mudah dimanipulasi dengan berbagai cara rekayasa. Sehinggga kepuasan yang di dapat pun juga bisa berupa kepuasan yang bersifat manipulatif inderawi.

Seperti waktu kita kecil pernah bermain di atas jembatan sebuah sungai yang  mengalir deras. Bila kita tersebut terus-menerus menatap aliran sungai, bisa dirasakan sensasi seolah-olah diri kita yang diatas  jembatan sedang berjalan.  Ini merupakan hiburan tersendiri waktu kita kecil. Prinsip ini berikutnya dikembangkan menjadi sebuah Wahana Hiburan 3 Dimensi di Dunia Fantasi.

Kepuasan sensasional sepeti diatas tentu saja hanya bersifat semu, hanya permukaan dan tidak mengakar di dalam batin seseorang. Oleh karenanya dunia hiburan yang mengedepankan sensasi ini cenderung bersifat sesaat dan populer. Mudah hilang sejalan berganti dengan sensasi baru yang datang.

Sedang di dalam Dunia Rohani, tujuan utama adalah menggali substansi atau esensi dari suatu keadaan yang menjadi inti sari dan akar dari kenyataan hidup itu sendiri. Dan ketika seseorang mampu menemukan intisari Hidupnya tersebut, dari sana akan bisa tumbuh berkembang  banyak ragam kehidupan yang bermanfaat dalam hidupnya. Maka sensasi kepuasan yang didapatnya terasa jauh lebih mendalam, dan lebih meluas daripada hanya sekedar kepuasan sensasi inderawi sesaat.

Kepuasan seseorang bersifat esensial dalam Dunia Rohani ini, kalau diibaratkan dengan wisata seperti diatas, dia bukan hanya sekedar pengunjung tempat wisata, yang aksesnya terbatas hanya sekedar menikmati sensasi saat kunjungan dengan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan, lalu kembali ke tempat asalnya. Dia juga bukan seseorang yang membuka lapak di tempat wisata tersebut untuk menjajakan produk rohaniah. Tapi dia adalah pemilik tempat wisata itu sendiri. Karena dia mampu menciptakan dan merintis tempat wisata tersebut secara mandiri. Setelah melewati perjalanan panjang mencari lokasi dan memanfaatkan serta mengelola sumber daya yang ada ditempat tersebut. Sehingga tempat tersebut bisa dinikmati oleh banyak orang. Termasuk para pedagang yang sewa lapak di tempat wisata miliknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar